Classic Soul Anthems

George Benson - Lady Love Me (One More Time)
Michael Jackson - One day in your life
Percy Sledge - When a man loves a woman
James Brown - It's a man's man's man's world
Marvin Gaye - Sexual Healing
Rose Royce - Love don't live here any more
Commodores - Three times a lady
Otis Redding - A change is gonna come
Smokey Robinson - Being With You
Atlantic Starr - Secret Lovers
Isaac Hayes - The Look of Love
Jimmy Ruffin - What becomes of the brokenhearted
Al Green - Let's stay together
Marvin Gaye - How sweet it is to be loved by you
Mary Jane Girls - All Night Long
Kool & The Gang - Cherish
Smokey Robinson & Miracles - I second that emotion
The Persuaders - Thin Line Between Love and Hate
Etta James - I Just Wanna Make love to you
Gladys Knight - Midnight train to Georgia
Rufus & Chaka Khan - Ain't No body
Earth Wind & Fire - After the Love has gone
Sister Sledge - Thinking of you


NOTE: Do you like this song ?, do not forget to buy the cassette / cd or ringtone list, rbt or its NSP. because this blog just for hobby and artist promotion and music.


Arwana


K u n a n t i
Angsa Putih
Z e r o
U n g k a p a n
Aku Rindu ( Ngapel )
J a k a r t a
T o l o n g l a h
Kephang Kamphoenk
I z i n k a n l a h
A s a



Impian romantik anak daerah untuk menaklukkan kota Jakarta dengan modal kemampuan main musik, seperti yang pernah dituangkan Ebiet G. Ade dalam syair lagu Jakarta, ternyata masih jadi sumber semangat kelompok - kelompok musik lain. Contohnya, Arwana. Beranggotakan Hendri Lamiri [Biola], Delsy Ramadhan [Keyboard], Yan Machmud [Vokal / Gitar], Yudie Yanis Chaniago [Drum], Wansyah Fadli [Gitar] dan Endro Lelono [Bas] ini tidak saja jadi simbol kebanggaan daerah asal mereka, Kalimantan Barat, tapi juga merangsang munculnya musisi - musisi lain dari daerah itu. Sekadar catatan, kelompok yang punya album pertama berjudul `Asa` ini, kemungkinan besar kelompok musik pertama dari Kalimantan Barat yang mencoba menembus industri musik Indonesia.

Peluang itu, menurut personil Arwana, tak lepas dari dukungan tokoh masyarakat Kalimantan Barat. Belakangan, dukungan itu seakan malah jadi beban. Mereka merasa ibarat prajurit yang sedang pergi ke medan perang, dan ditunggu berita kemenangannya.

Cerita terbentuknya group ini diawali pada tahun 1988, Yudie merantau ke Jakarta. Di Jakarta, Yudie sering main musik di pub. Selang beberapa lama kemudian, Yudie bertemu Hendri, teman sedaerah, yang mahir menggesek biola. Mulailah impian mereka coba diwujudkan. Niat Yudie untuk membuat rekaman bersama teman - teman sedaerah, ternyata juga jadi obsesi Hendri. Mereka pun mulai mendiskusikan musik yang akan dimainkan. Tidak terlalu lama, Endro, Delsy, Wansyah dan Yan Machmud bergabung. Mereka datang dengan cita - cita yang sama, main musik di Jakarta. Asal tahu saja, semua personil Arwana ke Jakarta tanpa membawa ijazah. Mereka ke Jakarta untuk bermain musik, bukan untuk mencari pekerjaan. Jadi, mereka cukup membawa ketrampilan bermusik saja. Tahun 1994, ketika memutuskan membentuk band, mereka bukan pemusik tanpa pengalaman. Yudie misalnya, pernah mencoba rekaman walau gagal. Sedang Musdianto, pernah berguru pada A. Riyanto, hingga mendapat julukan Yan Machmud.

Dengan nama Nackel, mereka membawakan lagu - lagu Top 40, dan menjajal pub sebagai ajang latihan. Nama Nackel, merupakan plesetan dari kata nakal. Tiap berkumpul, mereka selalu bercanda. Itu mereka lakukan untuk membunuh rasa rindu pada kampung halaman. Menurut mereka, nakal tidak sama maknanya dengan jahat. Nakal mengandung arti kreatif, positif dan konstruktif. Sedang jahat itu tidak kreatif, negatif dan destruktif. Tahun 1995, Nackel membuat master berisi 10 lagu. Modalnya, dari pinjaman seorang teman, sesama orang Pontianak, yang telah berhasil menaklukkan Jakarta. Jaminannya, jika album mereka laku, baru uangnya dikembalikan. Tak heran kalau si pemilik modal sampai merasa perlu membantu memasarkan master itu ke perusahaan rekaman besar.

Setelah ditolak, Yudie menawarkan master itu pada Sony Music Indonesia. Tanpa melewati proses berbelit, master itu diterima. Nah, ketika kaset mereka hendak diedarkan, mereka tidak mau menggunakan nama Nackel. Tapi mereka juga bingung mencari nama pengganti.

Mereka mempunyai tiga nama, yaitu Eqbar, Khatulistiwa dan Arwana. Eqbar atau Khatulistiwa, artinya garis lini yang melewati kota Pontianak. Tapi mereka menganggap nama itu kurang unik. Maka dipilihlah nama yang mereka anggap lebih unik : Arwana. Arwana [Xilocarpus] itu nama ikan yang hidup di hulu sungai Kapuas. Ikan yang dilindungi itu hanya terdapat di perairan Kalimantan Barat. Arwana itu ikan keberuntungan. Jadi nama itu mengandung harapan, kelompok mereka juga bisa meraih keberuntungan. Nama yang diberikan seorang tokoh masyarakat Kalimantan Barat itu rupanya bagi mereka benar-benar diharapkan bertuah. Mereka berharap punya nasib seperti ikan Arwana. Harganya mahal dan unik.


Sumber : http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=105764879446093

NOTE: Do you like this song ?, do not forget to buy the cassette / cd or ringtone list, rbt or its NSP. because this blog just for hobby and artist promotion and music.


Paul Young - From Time to Time

Paul Young was born in Luton, Bedfordshire, England. He has an older brother, Mark, and a younger sister, Joanne. As a youth, after school, he played football for the Vauxhall Motors factory and in his spare time played in several bands as a bass guitarist. The first group for which he became lead singer was Kat Kool & The Kool Kats.

In the late 1970s he joined Streetband, who had one Top 20 hit in the UK, with the humorous, novelty track "Toast". The single peaked at number 18 in November 1978. In December 1979 the Streetband broke up and Young formed the Q-Tips, who established their name by playing live but had no hits in the UK, although their single "Letter Song" did enjoy minor success in mainland Europe.

The Q-Tips disbanded in 1982, and Young was signed by CBS Records as a solo performer. By way of tying up some loose contractual ends, Paul Young embarked on the ‘Last Chance To See The Best Live Band In The World Tour’ throughout March and April of ‘82. Though initially billed as Q-Tips, only keyboardist Ian Kewley accompanied Young, and without the surging brass section of Q-Tips, the band had an entirely different dynamic. The Rewind label issued a live set of Q-Tips during this period, ‘Live At Last’, and a decade later the band’s much vaunted BBC sessions were officially released. The famed Q-Tips brass section toured with Adam Ant during his ‘Friend Or Foe’ tour, but aside from a brief 1993 reunion with Paul Young, the Q-Tips brand (of the band variety) came to an end. Paul Young’s new backing band 'The Royal Family' included keyboardist Kewley, fretless bass player extraordinaire Pino Palladino, guitarist Steve Bolton, drummer Mike Pinder, and backing singers Maz Roberts and Kim Leslie AKA 'The Fabulous Wealthy Tarts'. Helped by the driving sound of Pino Palladino's fretless bass in his backing band, his first two singles, "Iron Out the Rough Spots" and a cover of "Love of the Common People", had no success, but the third, a cover of the Marvin Gaye song "Wherever I Lay My Hat (That's My Home)", reached No. 1 in the UK singles chart for three weeks in the summer of 1983, the first of 14 British Top 40 singles. (The song was included on the soundtrack of the 1992 British comedy film Peter's Friends.)